“anak-anak,
kerjakan tugas halaman 36 di buku paket ya!! hari ini harus selesai,
saya ada keperluan sejenak dan JANGAN RAMAI”
*gue
hanya bisa garuk garuk kepala*
“ya,
bu “ –
sekelas kompak
pergilah
Bu Ismi dari kelas , gue pun seketika kaget ada selembar kertas yang
dilempar nan kusut nya
membahana badai itu
dari bangku sebelah ke
gue,
“mbak,
vin, liatkan surat ini”
– gue stengah ragu membuka isi suratnya
“masa
gue ah,
elo aja”
– vina juga bingung mau membuka isi uratnya
“Yaudah
sini, gue yang bukain,
mungkin biasa , contekan ?”
*MUKA
GUE TERKEJUT seperti BENANG KUSUT!!*
baca
surat dari Yanto membuat saya pun tertegun sekejap
^nen,
ayo ke kendedes, kapan gitu berdua? Kalo nggak, kamu nggak akan jadi
pacar aku^
Terus
terang aja,
muka gue langsung kaget ngeliat isi surat, gue bingung mau
jawab apaan di dalam
suratnya,
rasanya muka gue itu langsung berubah kusut bagai kaset padahal dalam
hati kecil gue, gue masih cinta sama elu.
jadi,
gue kesana berdua sama elo?
Sekejap
aja temen gue yang ada di depan bangku gue menoleh serentak. Gue
heran kenapa juga temen gue kompakan noleh ke gue kayak korban iklan
sampoo yang lagi anget –angetnya. Elo pikir ini hanya casting iklan
shampoo? Ato belajar jadi bintang iklan terkenal? Ato emang sengaja
niru iklan yang ada di TV belakangan ini.
“CIIIIIEEEE!?!”
– sekelas kompakan bilang seperti itu ato mungkin udah di
rencanakan?
“sudahlah
nen, ndang jadian sana
sama si Yanto.”
– ucap si fifi kenceng banget kayak pake toa
“tuh
bukti di depan mata, udah deh turutin aja”-si
Vina menambahkan.
“gitu
aja kok
repot, udah
deh! Kerjain aja apa yang dibilang sama Bu Ismi! Ntar kalo keluar
tanduknya haduuuuh ampun
dah!”
Gue
justru lagi
asyik ngerjain tugas
matematika yang berlembar-lembar
dan juga yang bikin
super dumper gila, sumpek bagai ngeliat sekaligus mencium sesnsai
sampah di WC yang bertahun-tahun nggak dirawat hanya di sumbat
dengan tissue dan bercampur dengan kotoran lalu di aduk
merata bagai adonan kue. Anehnya lagi,
gue begitu cepat
mengenal
yang namanya pacaran.
Padahal
usia gue waktu itu masih seumur jagung. Yang gue pikirkan , cinta
monyet.
“neeeeeeeeeeen?!”
si yanto pun memanggil gue
“ada
apa?!”- suara gue pelan
“surat
gue mana?”- tangan Yanto sambil melambai ke arah gue
“terima
nih, gue
lempar”- sembari gue lempar kertas campur penghaus ke arah Yanto
Bu
Ismi balik dari ruang guru karena keperluan mendadak dengan kepala
sekolah. Beliau kembali dengan wajah kusamnya, bahkan waktu buka
pintu pun dengan ekspresi yang sama. Gue seketika itu melempar
selembar kertas putih yang emang gue bentuk bola biar bisa di lempar
ke bangku yang lain.
Gue
kali ini hanya bisa pasrah denger ceramahan dari ustadzah yang
berprofesi jadi guru matematika ini.
“nennnnaaaaaaaaaaaaa?!”-
Bu Ismi tiba-tiba berteriak .
“iyaaaa”-
ekspresi gue kaget sekaligus malu kayak tomat
*perasaan
cengar cengir , dan ekspresi muka FLAT! Kayak TV! Yang baru di
produksi
dari
pabriknya*
“tadi
lempar apa?”- Bu Ismi tegesin gue
“cuma
penghapus
bu,” - sambil garuk
garuk kepala
“sini
mana buku tugasmu?!” - melihat hasil pekerjaan
gue yang sudah rampung.
diliat-liatnya
tugas matematika,
gue dengan perasaan gugup melihat tugas matematika yang habis gue
kerjakan dengan setengah ngelantur.
“untunglah
tugas kamu sudah selesai.” - Bu Ismi melihat sambil bingug
Mata
gue langsung
berbinar-binar ngeliat ekspresi gue yang seneng banget bisa
menyelesaikan tugas matematika itu, tapi ketika lagi
seneng-senengnya, Linda masih
sempat-sempatnya
menulis
surat itu dengan
kata cincin
tunangan?
*anda
pikir gue
akan menikah disaat
gue masih SD?
Oke Cukup Tahu aja*
Gue
enggak mengerti
tentang
tunangan apalagi Nikah , gue
juga belum mengerti soal pacaran. Yang
jelas mengapa
gue baca-baca
lagi itu surat yang bener-bener nggak ngerti sama perasaan yang di
timbulkan sama dia.
Gue masih inget surat ini.
nen,
ntar kita naik kuda berdua, pake cincin berdua, dan gue
mau bilang sama elo,
elo
mau kan nanti
pulang sekolah kita ngomong berdua? - dari Yanto
Lagi-lagi gue bingung jawab persoalan yang ada di surat ini, kenapa
jadi macem-macem
kayak gado-gado yang dituangkan saus
kacang langsung di seduh dari kuali.
Gue seketika melihat awan yang mulai mendung,
pertanda hujan, dan
akhirnya, hjujan deras
pun dating
menyambut gue dengan perasaan galau ketika
jam pelajaran matematika berakhir.
Terpaksa, gue nggak
pulang karena hujannya cetar membahana badai halilintar dan
Alhamdulillah
ya, nggak pake badai
tornado.
Gue,
bersekolah
di SD yang benar-benar
megah dan terkenal di Kota Malang, serta bekerja sama dengan negara
lain yakni, Belgia. Hanya orang bercukupan dan di
kehidupannya yang elit
dan serba mewah yang
bisa sekolah disana, tapi gue nggak
kok, gue diterima disekolah itu karena hasil tes gue yang murni
ajaib. Gue diterima karena waktu tes, gue emang udah lancar banget
dan fasih membaca bahasa Indonesia dan bahasa inggris.
Dan sekolah itu pun sekarang benar-benar
megah bagai istana, gak kebayang.
“kok
hujan ya rek!!” - Lina mulai mengeluh
“ya
nunggu sampe hujan reda, apa salanya toh” gue menjawab dengan
santainya
“hmm
nen! gue
mau ngomong sesuatu, boleh berdua?”
Tiba-tiba
Yanto menghampiri gue
dengan
santai Yanto memegang tangan gue disaat gue dirundung kegalauan yang
amat sangat
capek dengan
matematika. Gue diajak ngoborol di ruang kelas
“boleh2
aja kalo elo
mau, tanya apa ya? .”
“kita
ke Kendedes jadi hari sabtu ya?”
*perasaan,
gue nggak ngejawab
soal hari disana*
“nggak
tuh,
tadi gue
belum
nulis soal hari kapan kita kesana.”
“kenapa
tulisannya jadi sabtu?”-Yanto mulai kebingungan
“ini
bukan tulisan gue
Yan, Serius!!”- Gue
sambil setengah emosi
“gue
kan nggak tahu
ini tulisan sapa,
bahkan ini kayak tulisan elo?!,
tapi siapa
yang rekayasa ini?!”
Yanto pun bertambah bingung
*tiba-tiba
Bu Ismi keluar dari kelas dan ingin berteduh di depan kelas 6B*
“ada
apa nih, kok serius sekali nen kayaknya !”
tanya bu Ismi di samping gue, dengan santainya gue pun nggak tau kalo
beliau dengerin percakapan gue tentang kertas tadi oh
my God!
“tidak
ibu, saya cuma bercakap-cakap , soalnya mau jelajah alam sama
temen-temen , jadi ya saya dan Yanto mau perberencana jauh-jauh hari,
begitu”
“tapi,
awas yo kowe
(baca:kamu)
sampe nggak konsen, awas terganggu !”
“iya,
saya akan berjuang !”
***
Esok
hari, gue merasa
ada yang mengganjal di
hati gue, entah
tahu
entah mengapa(kurang
pas), gue baru sadar
kalau
hari ini hari Sabtu
. Gue dengan perasaan
gue (kebanyakan
gue, guenya ga usah banyak2) yang
serba sebel itu, masuk
pintu ruang kelas dengan perasaan dengan
setengah galau, sampai-sampai
di pintu
ruang kelas,
gue nabrak pintu , nabrak meja guru juga.
Entah mengapa,
gue ngeliat temen-temen gue (gue
lagi) yang rada
setengah GaJe (singkatan :
gak jelas) itu lagi-lagi
bilang CIEEEEEEEEEEE !
*muka
gue mau ditaruk mana dengan pose kusut bagai kaset yang bener2 udah
kusut gak karuan*
“kenapa
sih kalian-kalian pada gajelas gitu mukanya, apa ada yang salah
dengan MUKA SAYA?”
“ciee
yang kemaren berduaan nih sama yanto” si karimah nyaut bagai kabel
rusak lagi konslet kena air liurnya
“sayangnya
ada bu Ismi tuh :p” si Ayu nambahin lagi juga
“apaan
sih kalian-kalian ini !!” gue dengan pose keselnya ngeliat muka
temen-temen yang keliatannya kepo banget deh !!
kriiiiiiiiiiiiing!
1,,,2,,,3,,, semua harap berbaris ayo kita senam..
*pake
lagu SKJ
gue
dan yanto pun masih dikelas, ya yanto pun bilang sama gue kalo hal
ini harus rahasia dan nggak boleh terbongkar, aliasnya gue dan yanto
akan ganti rencana yang lebih tepat.
“hmm
, gimana kalo acara itu jangan hari sabtu, soalnya temen-temen masih
pada ingin ngikutin kita”
“biar
aja, namanya juga anak-anak begitulah.”
“masalahnya
kita malu, liat kemaren , bu Ismi jadi tahu semuanya.”
“begini
aja, kita ada ide, bagaimana kalo kita bilang ke temen-temen kalo
acara itu dibatalkan , dan kita tetep bisa kesana tanpa ada yang
mengawasi”
“boleh
juga tuh”
“oke
kita berangkat ntar jam berapa? Pulang sekolah yuk!”
Jam
pulang sekolah pun berakhir, gue segera bersiap bersama Yanto buat
jalan bareng, kalo di hitung weekend yang biasanya dilakukan para
anak-anak menjelang remaja pada umumnya. Saat inilah yang pas untuk
gue dan yanto berada di sana , kita cuma jalan-jalan biasa dan nggak
ada rasa apapun untuk saling pacara. Jawaban gue pun nggak tertarik
sama cowok !! . gue disana seperti di bungkam sama kain warna merah.
Gue disana melihat pemandangan yang unik dan hawa yang menyejukkan
hati mereka berdua.
“eh,
liat tuh , aku pengen banget naik kuda itu Yanto!”
“kuda
mana kuda?” dengan perasaan penasarannya, Yanto pun tiba-tiba
melihat ada yang aneh
“kuda
itu deh, mangkanya liat nih!”
“hus,
itu kudanya... eh itu kan ada si Lina sama Ayu, kenapa dia di sana
juga naik kuda juga.”
“cari
tempat yang lain yuk!” gue seketika menarik tangan Yanto untuk
pergi.
Dan
disaat gue dan Yanto pergi, Lina dan Ayu melihat gue yang sedang
jalan berdua sama Yanto, dan mereka berdua tetap akan mengikuti
kemana gue pergi. Bagi
mereka hal ini adalah berita hangat bagi mereka yang nonton.
“eh
itu kan si nessa!”
“iya
tuh, ngapain tuh anak jalan berduaan begini apa mungkin itu janjian
yang di surat kemaren?
“bukannya
batal tuh acara nya Lin?”
“gue
sendiri gak tahu, mereka apa sengaja batalkan acara ini ye?”
“entahlah.”
Gue
sengaja pura-pura membatalkan acara jalan-jalan ke Kendedes karena
faktor temen yang hobi banget usil ketika gue sedang jalan bersama
Yanto. Tak lama juga, jejak gue tercium oleh Lina dan Ayu. Dengan
akal yang cukup cerdas juga, gue berhasil kabur dari jeratan mereka.
Gue rasa ini saatnya untuk buktikan pada dunia kalo gue nggak pacaran
dengan Yanto.
(BERSAMBUNG)
Ciee kisah cinta nenna sama yanto, hahaha... Cerita masa kecil. :3
ReplyDeleteIni kisah nyata kan? Jd penasaran, skrng jadian lagi sama yanto ato gak. Haha :3
Haha...
ReplyDelete.. cieee yg sekolahnya udah kayak istana, yang kelas 6 es deh sudah ditembak cowok...
Itu terus gimana kelanjutannya, ketauan temen terus gimanaaa
jarang-jarang nih ada yang mengangkat cerita cinta monyetnya, ini kisah nyata kan?? ciee terus gimana tuhh sekarang jadian ga kak?? *kepo*buruan dilanjutin kak, penasaran itu ntar luluh apa ga :D
ReplyDeletehaha cinta monyet nya pake kertas, jadi inget dulu gua juga gitu tapi pas udah smp, kalo lu kan masih es de, duluan lu berarti ngerasain cinta monyetnya haha :D
ReplyDeleteastagaaa...emang nggak jauh2 dari cinta ya nen...hahaha
ReplyDeleteini juga...cinta masa kecil..dan cinlok lagi... --"
ditunggu sambungannya deh...hahaha
nen tiap gue baca blog lo pasti soal cinta itu ini kebetulan ato emang lo nulis soal cinta semua yak?? hehehehe..but it's okayy, just keep writing!! :D tapi kalo gue boleh saranin nih Nen, tulisannya terlalu kecil Nen, agak susah bacanyaa...
ReplyDeleteaduh.. itu beneran nggak sih, masa baru kelas 6 esde udah ditembak cowo. nah saya udah kelas 12 kog malah gak ada. *Oke. lupakan
ReplyDeletetapi sebenarnya nenna-chan itu suka gak sama yanto. atau sukanya sama bu Ismi..?? o-0
wKKWK aku juga pernah cinta monyet waktu masih SD, bela-belain beliin si DOI coklat silver queen yang 15ribu, padahal sangu sekolah waktu SD cuman 5000 jadi gak makan 3 hari gitu.
ReplyDeleteterus sampe sekarang gak nembak-nembak gitu deh haha
yah..cerita lama yg diungkap kembali hahaha
ReplyDeletecinta monyet emang ga ada habisnya :)
wuiihh cerita nyatanya di gayain fiksi.. keren euyyy ooohh jadi Nenna pernah ngalamin cinta monyet juga yahh hehehe
ReplyDelete